
JAKARTA,suaramerdekasolo.com – Produktivitas buruh di Indonesia terendah kedua se-se Asia Tenggara atau ASEAN. Faktor lembatnya pertumbuhan ekonomi di Tanah Ari diduga menjadi pemicu rendahnya tingkat produktivitas buruh ini.
Hal itu disampaikan oleh Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Fithra Faisal pada diskusi virtual yang diadakan oleh Jaringan Bonus Demografi, Kamis (23/4/2020). Diskusi diikuti mahasiswa dan kalangan akademisi kampus
Fithra menjelaskan mengatakan, meski upah buruh di Indonesia relatif tinggi. Upah yang tinggi tidak akan menjadi masalah selama produktivitasnya juga tinggi.
“Nah masalahnya jika dibandingkan antara upah dan gaji itu ada gap yang cukup signifikan. Upahnya tinggi sementara produktivitas levelnya stagnan. Sehingga membuat ongkos produksinya menjadi mahal,” beber Direktur Eksekutif Next Policy.
Baca : ASN, Pegawai Lain Diliburkan, Buruh Pabrik Tetap Bekerja
Dikatakan, dampak dari rendahnya produktivitas buruh di Indonesia tentu saja mempengaruhi lambatnya pertumbuhan investasi di Indonesia. Fithra mengambil contoh tingkat produktivitas buruh di negara tetangga seperti Myanmar.
Menurutnya, jikalau dibandingkan dengan Myanmar, pertumbuhan produktivitasnya tercatat bisa mencapai 80 persen.
“Nah ini yang menyebabkan adanya appetite (keinginan) dari investor untuk masuk ke Myanmar,” paparnya.
Oleh karen itu lanjut Fithrah, jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara , Indonesia masih belum bisa menarik para investor untuk bisa berinvestasi.
Baca : Sentra Promosi Produk UMKM di Daerah, Upah Buruh UMKM Bakal Dikecualikan
“Ketika saya sebagai investor misalnya ingin masuk ke Asia Tenggara maka saya akan masuk ke Vietnam, Thailand, Myanmar, Malaysia, dan Filipina bukan Indonesia,” kata dia.
Fithra berharap pendekatan omnibus law yang kini tengah dibahas Pemerintah dan DPR RI bisa mengatasi permasalahan ini.
“Masalah produktivitas ini bisa seharusnya terselesaikan oleh omnibus law,” kata Fithra. (Budi Santoso)
Baca : Rivalitas Geopolitik Amerika Serikat dan Tiongkok Pasca Covid-19
Editor : Sri Hartanto
prngamat apaan ini..nuub bgt pikirannya..pucek!!!