Trump Tolak Tawaran Putin Jadi Penengah Iran-Israel: Urus Perangmu Sendiri

SUARAMERDEKASOLO.COM – Donald Trump menolak secara langsung tawaran dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang ingin menjadi penengah dalam konflik Iran dan Israel. Menurut Trump, Putin seharusnya menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina terlebih dahulu sebelum ikut campur dalam konflik negara lain.

Trump Sebut Putin Harus Fokus ke Ukraina

Dalam pernyataan kepada media saat meresmikan tiang bendera besar di Gedung Putih, Trump menyampaikan bahwa dirinya sempat berdiskusi dengan Putin. Dalam percakapan tersebut, Putin mengajukan diri untuk memediasi konflik Timur Tengah.

Namun, Trump menanggapi dengan sindiran tegas. Ia menyarankan Putin untuk fokus menyelesaikan konflik internalnya terlebih dahulu.
“Saya bilang padanya, ‘Vladimir, mari kita bereskan dulu perang Rusia-Ukraina. Urusan Iran bisa nanti,’” kata Trump seperti dikutip AFP, Kamis (19/6/2025).

Respons Kremlin Soal Ucapan Trump

Pernyataan Trump memicu tanggapan dari pihak Kremlin. Juru bicara Dmitry Peskov menyatakan bahwa komentar Trump bersifat kiasan dan tidak perlu diartikan secara harfiah.

“Pernyataan itu hanya perumpamaan. Dalam situasi sekarang, satu hari terasa seperti seminggu,” ungkap Peskov kepada kantor berita Rusia, TASS.

Sebelumnya, pada Sabtu (14/6), Putin memang sempat menelepon Trump untuk menyampaikan ucapan selamat ulang tahun yang ke-79. Keduanya dikonfirmasi terlibat percakapan langsung oleh pihak Gedung Putih maupun Kremlin.

Trump Buka Peluang Dialog dengan Iran

Beberapa hari setelah percakapan dengan Putin, Trump memberikan sinyal terbuka terhadap kemungkinan perundingan dengan Iran. Ia menyebut adanya potensi perubahan di internal pemerintahan Iran.

“Mereka ingin bertemu. Mereka ingin datang ke Gedung Putih. Mungkin saya akan menyambut mereka,” ucap Trump tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Janji Trump untuk Akhiri Perang Ukraina

Meskipun konflik di Ukraina masih berlangsung dan serangan dari Moskow terus meningkat, Trump tetap optimistis. Ia menyatakan bahwa proses perdamaian bisa dicapai jika pendekatan yang tepat diterapkan.

Trump bahkan kembali menyuarakan janji lamanya: menyelesaikan konflik dalam 24 jam jika terpilih kembali sebagai presiden. Ia menyebut perang tersebut sebagai langkah “bodoh” yang seharusnya tidak terjadi.