Potensi Perang Iran-Israel Masih Mengancam: Ini 6 Indikator Utamanya
SUARAMERDEKASOLO.COM – Ketegangan antara Iran dan Israel kian memanas dan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang terbuka antar kedua negara. Dalam wawancara dengan CBS News, analis politik Iran, Seyed Rahim Bathaei, memberikan pandangannya tentang situasi terkini serta sejumlah faktor yang mengindikasikan bahwa konflik ini berpotensi berlanjut di masa depan.
Identitas dan Peradaban Kuno Iran Jadi Pilar Ketahanan Nasional
Bathaei menekankan bahwa masyarakat Iran memiliki kebanggaan tinggi terhadap sejarah dan budaya mereka yang sudah berusia lebih dari 5.000 tahun. “Iran bukan sekadar negara modern, melainkan peradaban yang telah hidup selama ribuan tahun. Rakyat Iran tidak ingin harga diri dan warisan budayanya dihancurkan begitu saja,” ungkapnya.
Ia juga menyebut bahwa konflik dengan Israel telah menyatukan rakyat Iran, terlepas dari perbedaan pandangan politik yang sebelumnya cukup tajam di dalam negeri.
Ketegangan Iran-Israel Sudah Lama Terasa Tak Terhindarkan
Menurut Bathaei, konfrontasi langsung antara Iran dan Israel bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Ia mengaku telah lama merasakan bahwa dua kekuatan ini pada akhirnya akan saling berhadapan secara terbuka, bukan lagi lewat perang proksi seperti yang terjadi selama beberapa dekade terakhir.
“Iran tidak pernah menyembunyikan dukungannya terhadap Palestina. Begitu pula dengan Israel yang selama ini melakukan operasi militer dan intelijen terhadap kepentingan Iran,” kata Bathaei. “Situasi ini seperti bom waktu yang akhirnya meledak.”
Jatuhnya Khamenei Bisa Picu Krisis Regional
Bathaei memperingatkan bahwa apabila pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, digulingkan melalui operasi militer, maka dampaknya bisa sangat luas. Ia merujuk pada negara-negara seperti Libya, Suriah, dan Irak sebagai contoh negara yang mengalami kehancuran pasca runtuhnya pemerintahan mereka.
“Jika Iran mengalami kehancuran internal, wilayah ini bisa menghadapi ancaman lebih besar dari sebelumnya, termasuk munculnya kelompok-kelompok ekstremis baru,” tegasnya.
Gencatan Senjata Bukan Jaminan Perdamaian
Meskipun telah terjadi gencatan senjata yang dimediasi oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump, Bathaei tetap pesimistis dengan arah situasi yang ada. Dengan pengalaman lebih dari 35 tahun di dunia jurnalisme, ia mengaku firasatnya mengatakan bahwa krisis ini belum akan mereda.
“Saya berharap saya salah, tetapi saya merasa kita sedang menuju masa yang lebih gelap,” ujarnya penuh kekhawatiran.
Amerika Bisa Kembali Terlibat Secara Langsung
Keterlibatan militer Amerika Serikat dalam konflik ini, menurut Bathaei, menjadi hal yang paling mengejutkan. Ia mengungkapkan bahwa Presiden Trump memerintahkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, sesuatu yang menurutnya tidak pernah dibayangkan oleh para pemimpin Iran.
Ia mengkhawatirkan bahwa serangan semacam itu bisa terulang kembali, apalagi jika ketegangan terus meningkat. “Iran mungkin belum siap menghadapi serangan sebesar itu dari AS,” tambahnya.
Jalur Diplomasi Masih Mungkin Terbuka
Meski situasi terlihat suram, Bathaei tetap melihat secercah harapan dalam diplomasi. Ia menyarankan agar tokoh-tokoh politik dari kedua negara mulai membangun komunikasi langsung untuk mengurangi kesalahpahaman yang ada.
“Jika ada kemauan untuk berdialog, bukan tidak mungkin kita bisa menghindari konflik yang lebih besar. Saya tidak mengatakan Iran dan AS akan menjadi sekutu, tapi pertemanan diplomatik adalah sesuatu yang bisa diusahakan,” tutupnya.
Konflik antara Iran dan Israel adalah isu geopolitik kompleks yang tidak hanya melibatkan dua negara, tetapi juga menyangkut dinamika kekuatan global. Enam indikator yang dipaparkan Bathaei memperlihatkan betapa serius dan sensitifnya situasi yang tengah berlangsung. Kini, dunia menanti apakah jalur perang atau diplomasi yang akan dipilih oleh para pemimpin dunia.