Tragedi KMP Tunu Pratama Jaya: Air Masuk Lewat Kamar Mesin, 10 Korban Jiwa Tercatat

SUMBERMERDEKASOLO.COM – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap kronologi lengkap tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, peristiwa tragis yang menyebabkan 10 orang meninggal dunia. Berdasarkan temuan awal, air laut diduga masuk ke dalam kapal melalui pintu kamar mesin, yang memicu rangkaian peristiwa hingga kapal akhirnya karam.

Hal ini disampaikan langsung oleh Plt Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran KNKT, Anggiat Pandiangan, dalam forum rapat kerja bersama Komisi V DPR RI pada Selasa (8/7/2025). Anggiat memberikan penjelasan rinci mengenai waktu kejadian, proses muatan, hingga detik-detik kapal mulai tenggelam.

Kapal Berangkat Tanpa Masalah

KMP Tunu Pratama Jaya memulai proses pemuatan kendaraan di pelabuhan pada Rabu malam (2/7/2025), tepatnya pukul 22.15 WIB. Proses tersebut selesai setengah jam kemudian, dan kapal diberangkatkan menuju Pelabuhan Gilimanuk pada pukul 22.51 WIB.

Menurut Anggiat, saat meninggalkan pelabuhan, tidak ditemukan indikasi gangguan teknis. Semua sistem berjalan normal, mesin beroperasi baik, cuaca cerah, dan jarak pandang aman untuk pelayaran.

Namun, sekitar 30 menit setelah kapal meninggalkan pelabuhan, tanda-tanda darurat mulai terdeteksi.

Air Laut Masuk ke Kamar Mesin

Kondisi mulai memburuk ketika awak jaga merasakan adanya kemiringan di sisi kanan kapal. Juru mudi jaga dan kelasi yang bertugas kemudian melihat air laut mengalir masuk ke ruang mesin melalui pintu kamar mesin. Temuan ini dikonfirmasi juga oleh juru minyak yang berada di ruang mesin saat kejadian.

“Laporan dari juru mudi jaga dan juru minyak konsisten, keduanya menyatakan air laut masuk dari pintu kamar mesin,” ujar Anggiat dalam pemaparannya.

Mengetahui hal tersebut, juru minyak segera meninggalkan kamar mesin dan memberi tahu kru lainnya. Anak buah kapal (ABK) langsung mengambil tindakan tanggap darurat, termasuk meminta seluruh penumpang mengenakan jaket pelampung sebagai langkah antisipasi.

Nahkoda Aktifkan Prosedur Darurat

Situasi darurat tersebut segera dilaporkan kepada nahkoda, yang saat itu sedang dalam masa istirahat. Setelah dibangunkan oleh mualim jaga, nahkoda langsung mengambil alih kemudi kapal dan mengirim sinyal marabahaya melalui radio VHF pada frekuensi 16.

Meskipun langkah-langkah keselamatan telah dilakukan dengan cepat, proses tenggelamnya kapal terjadi sangat singkat, dipicu oleh pergerakan muatan kendaraan di dalam kapal yang tidak lagi stabil.

Muatan Kendaraan Sebabkan Kapal Miring

Dari hasil pengamatan Kepala Kamar Mesin (KKM), sejumlah kendaraan yang berada di buritan kapal mulai bergeser ke sisi kanan. Perubahan posisi beban ini memperparah kemiringan kapal secara signifikan.

“Awalnya kemiringan terjadi secara perlahan, namun makin lama makin tajam karena kendaraan berpindah dan bertumpu ke satu sisi,” jelas Anggiat.

Beberapa menit setelah sinyal darurat dikirim, kapal akhirnya tenggelam dengan posisi buritan atau bagian belakang kapal yang lebih dahulu masuk ke laut, disertai kemiringan yang semakin ekstrem ke arah kanan.

Investigasi Masih Berlangsung

KNKT masih terus melakukan investigasi lanjutan guna mengungkap faktor-faktor teknis lain yang berkontribusi dalam kejadian nahas ini. Evaluasi menyeluruh terhadap sistem kedap air dan penataan muatan kendaraan akan menjadi fokus utama dalam laporan akhir nanti.

Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor pelayaran tentang pentingnya standar keselamatan, kesiapan kru dalam situasi darurat, serta pemeriksaan teknis yang menyeluruh sebelum pelayaran dilakukan.