DPR Soroti Kelangkaan Emas Antam, Dirut Pastikan Bukan Permainan Harga
Suaramerdekasolo.com – Rapat Komisi VI DPR RI dengan manajemen PT Aneka Tambang (Antam) berlangsung panas. Anggota Fraksi Gerindra, Kawendra Lukistian, menggebrak meja ketika menyoroti kasus kelangkaan emas yang menyulitkan masyarakat.
Kawendra menilai ada dugaan permainan harga di balik sulitnya memperoleh emas batangan. Ia mengaku mendapat laporan bahwa stok emas di pasaran hanya tersedia sekitar 20 persen. “Kalau seperti ini, jelas ada kesan permainan. Harga seolah sengaja ditahan agar naik, dan kondisi itu bisa memicu inflasi lebih gila lagi,” ucapnya di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (29/9).
Dirut Antam Jawab Tuduhan
Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, langsung menepis tudingan permainan harga. Ia menegaskan persoalan utama berasal dari keterbatasan modal kerja. Harga emas yang tinggi membuat Antam tidak berani menyimpan stok besar tanpa kepastian pembeli. “Setiap gram emas yang ada selalu kami lepas ke pasar,” kata Achmad.
Achmad juga menjelaskan pola distribusi. Sekitar 70 persen penyaluran emas berjalan lewat mitra atau wholesaler yang memiliki modal besar. Mereka membeli emas dari Antam, kemudian mendistribusikan ke toko emas. Sementara itu, Antam hanya mengelola 30 persen stok untuk dijual langsung melalui 15 butik resmi di seluruh Indonesia.
Produksi Tak Seimbang dengan Permintaan
Achmad menegaskan produksi Antam sangat terbatas. Tambang Pongkor di Jawa Barat hanya menghasilkan 1 ton emas per tahun. Padahal, sepanjang 2024 Antam berhasil menjual 37 ton emas, dan pada 2025 target penjualan naik hingga 43-45 ton.
Permintaan masyarakat yang tinggi tidak sebanding dengan kapasitas produksi. Kondisi ini membuat pasokan di pasar terlihat langka, meski Antam sudah melepas seluruh stok yang tersedia.
DPR Desak Transparansi
Meski mendengar penjelasan tersebut, anggota DPR tetap mendesak Antam lebih transparan. Mereka meminta perusahaan pelat merah itu menjelaskan secara terbuka mekanisme distribusi agar publik tidak menaruh curiga. DPR juga berencana membahas persoalan ini lebih lanjut dalam pertemuan berikutnya. (*ay)
