suaramerdekasolo.com – Musim hujan memang membawa berkah, tapi juga bisa jadi momok kalau kita lengah. Salah satunya ya penyakit Demam Berdarah Dengue alias DBD yang belakangan ini kasusnya melonjak tajam di Kota Solo. Nggak main-main, dalam dua bulan terakhir, angka kasus DBD meningkat drastis dan bikin warga harus makin waspada.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, jumlah kasus DBD selama musim penghujan tahun ini naik hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kalau tahun kemarin di bulan Januari sampai Maret ada sekitar 120 kasus, sekarang sudah tembus lebih dari 200 kasus! Wah, ngeri juga ya?
Kenapa Bisa Naik?
Jadi begini, musim hujan itu adalah momen paling favorit buat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Air hujan yang menggenang di tempat-tempat terbuka seperti ember bekas, ban mobil, pot bunga, bahkan tutup botol bisa jadi tempat sempurna buat nyamuk bertelur. Nah, kalau kita nggak rajin bersih-bersih, tempat-tempat itu bisa jadi sarang nyamuk yang kemudian menyebarkan virus DBD.
Dari penelusuran tim kami, beberapa kelurahan di Solo yang jadi titik panas (hotspot) kasus DBD antara lain di daerah Laweyan, Banjarsari, dan Serengan. Banyak warga yang mengeluh tiba-tiba anak atau anggota keluarganya demam tinggi, lemas, dan muncul bintik merah di kulit yang ternyata setelah dicek ke dokter, positif DBD.
Gejalanya Sering Dianggap Flu Biasa
Masalahnya, banyak orang yang nggak sadar kalau sudah kena DBD. Soalnya, gejalanya memang mirip sama flu atau demam biasa. Biasanya dimulai dari demam tinggi mendadak, nyeri di belakang mata, otot dan sendi terasa sakit, mual, dan kadang disertai ruam kemerahan di kulit. Kalau udah begini, jangan tunggu lama, langsung periksa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat, ya!
Karena kalau ditunda-tunda, bisa berbahaya. DBD bisa menyebabkan penurunan trombosit yang drastis, bahkan bisa berujung kematian kalau nggak ditangani cepat. Jadi jangan anggap remeh meski cuma demam, apalagi di musim hujan seperti sekarang.
Upaya dari Pemkot Solo
Melihat lonjakan kasus ini, Pemkot Solo langsung gerak cepat. Dinas Kesehatan sudah mulai melakukan fogging di daerah-daerah rawan dan menyebarkan himbauan ke warga untuk melakukan 3M Plus: Menguras tempat penampungan air, Menutup rapat tempat penyimpanan air, dan Mengubur barang bekas yang bisa menampung air. “Plus”-nya ini termasuk memakai lotion anti-nyamuk, memasang kawat nyamuk, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Selain itu, kader-kader kesehatan di kelurahan juga dikerahkan untuk mengedukasi masyarakat dan mendata rumah-rumah yang berpotensi jadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Beberapa sekolah juga sudah mulai aktif mengajak siswa untuk kerja bakti membersihkan lingkungan.
Warga Juga Harus Proaktif
Tapi ya, nggak bisa cuma ngandelin pemerintah. Warga juga harus ikut ambil peran. Lingkungan yang bersih, bebas genangan, dan terpantau dengan baik cuma bisa tercipta kalau kita semua terlibat. Mulai dari rumah sendiri, ajak tetangga kerja bakti, dan jangan buang sampah sembarangan. Ingat, satu tutup botol saja bisa jadi sarang nyamuk!
Buat yang punya anak kecil, pastikan mereka tidur pakai kelambu atau oleskan lotion anti-nyamuk sebelum tidur. Jangan lupa juga untuk rutin cek lingkungan sekitar rumah. Kalau nemu genangan air atau tempat yang rawan jadi sarang nyamuk, langsung bersihkan.
Yuk, Lawan DBD Bareng-Bareng!
Musim hujan memang nggak bisa kita hindari, tapi penyakit kayak DBD bisa kita cegah bareng-bareng. Kuncinya ada di kesadaran dan kerja sama semua pihak—dari pemerintah sampai warga. Jadi, yuk mulai sekarang lebih rajin bersih-bersih dan jaga lingkungan. Jangan tunggu sampai ada korban baru!
Ingat, nyamuknya kecil, tapi dampaknya bisa besar. Jangan sampai kita kalah sama makhluk sekecil itu cuma karena malas bersih-bersih, ya.