Jakarta Pernah Punya Kasino, Langsung Raup Untung Ratusan Miliar!

SUARAMERDEKASOLO.COM – Tahukah kamu Jakarta yang kini dikenal sebagai kota metropolitan modern, pernah memiliki kasino resmi yang beroperasi secara legal? Pada akhir 1960-an, di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, pemerintah DKI Jakarta mengambil langkah berani dengan membuka tempat judi resmi sebagai cara cerdas mengisi kas daerah. Tak tanggung-tanggung, pendapatan dari kasino ini disebut-sebut mencapai ratusan miliar rupiah jika dihitung dengan nilai saat ini. Berlokasi di kawasan Glodok, kasino ini menarik pengunjung dari berbagai daerah dan dikelola secara profesional. Meski hanya bertahan sekitar satu dekade sebelum akhirnya ditutup karena larangan nasional, keberadaan kasino ini sempat menjadi penyokong besar pembangunan infrastruktur ibu kota—dari jalan, rumah sakit, hingga sekolah. Ini adalah salah satu bab unik dalam sejarah Jakarta yang mungkin tak banyak diketahui orang.

Awal Mula Gagasan Berani Gubernur Ali Sadikin

Kisah ini dimulai pada tahun 1967. Saat itu, Gubernur Ali Sadikin melihat kondisi Jakarta yang masih jauh dari modern. Banyak kebutuhan infrastruktur mendesak, tetapi anggaran sangat terbatas. Ali Sadikin tidak pasrah. Ia justru mengajukan ide berani: melegalkan perjudian untuk menambah pendapatan daerah.

Mengalihkan Judi Ilegal ke Jalur Resmi

Saat itu, praktik perjudian ilegal sangat marak dan diperkirakan menghasilkan sekitar Rp300 juta per tahun. Namun, uang sebesar itu justru masuk ke kantong para pelaku gelap. Daripada membiarkan uang hilang tanpa manfaat, Ali Sadikin memilih menertibkan dengan melegalkannya melalui kebijakan resmi.

Melalui SK Gubernur No. 805/A/k/BKD/1967, Pemprov DKI mulai membangun kasino resmi. Lokasinya berada di Petak Sembilan, Glodok. Pemprov DKI bekerja sama dengan seorang warga keturunan Tionghoa bernama Atang untuk mengelola operasionalnya.

Aturan dan Antusiasme Publik

Kasino ini memiliki aturan ketat. Setiap hari, tempat ini buka tanpa libur dan dijaga aparat keamanan. Namun, hanya warga keturunan Tionghoa yang diperbolehkan bermain di sana. Meski demikian, minat masyarakat luar biasa besar. Harian Kompas pada 23 November 1967 melaporkan bahwa orang dari berbagai kota seperti Medan, Bandung, dan Makassar rela datang ke Jakarta demi bermain di kasino ini.

Pendapatan Besar untuk Pemprov DKI

Kasino tersebut langsung mendatangkan pemasukan luar biasa. Setiap bulan, pajaknya mencapai Rp25 juta. Jika dihitung dengan harga emas saat itu (Rp230/gram), jumlah tersebut setara 108 kg emas. Dalam nilai sekarang, jumlah itu bisa mencapai Rp200 miliar—benar-benar fantastis!

Dana Judi untuk Membangun Jakarta

Ali Sadikin tidak menyia-nyiakan dana tersebut. Ia langsung menggunakannya untuk membangun infrastruktur kota: mulai dari jembatan, sekolah, rumah sakit, hingga fasilitas umum lainnya. Selain Petak Sembilan, pemerintah juga membuka kasino di kawasan Ancol yang hasilnya tak kalah besar.

Berkat langkah ini, dalam waktu sepuluh tahun, pendapatan Jakarta melonjak dari puluhan juta menjadi Rp122 miliar pada 1977.

Penutupan Kasino karena Aturan Baru

Namun, semua itu berakhir ketika pemerintah pusat menerbitkan UU No. 7 Tahun 1974 yang melarang seluruh praktik perjudian di Indonesia. Kasino pun ditutup, dan kisah keberanian Ali Sadikin ini kini tinggal sejarah.

Kesimpulan: Judi Resmi Pernah Bangun Jakarta
Meskipun kontroversial, langkah legalisasi perjudian pernah menjadi penyelamat keuangan Jakarta. Lewat kebijakan ini, Gubernur Ali Sadikin berhasil membangun kota dengan dana hasil kasino resmi. Siapa sangka, Jakarta modern hari ini punya jejak sejarah dari kebijakan yang dulu dianggap tabu?