Pasar Keuangan RI Dibuka Lagi, Arah IHSG dan Rupiah Masih Naik-Turun!

SUARAMERDEKASOLO.COM – Setelah libur panjang empat hari, pasar keuangan Indonesia kembali dibuka hari ini, Selasa (10/6/2025). Tapi tenang, ada banyak hal menarik yang bisa kita bahas, dari gerak naik-turun IHSG, kurs rupiah yang mulai unjuk gigi, hingga perkembangan panas perang dagang AS-China yang ikut memengaruhi suasana pasar.

IHSG dan Rupiah Tampil Ciamik

Menutup perdagangan terakhir pekan lalu, tepatnya Kamis (5/6/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,63% ke level 7.113. Aktivitas pasar juga terbilang cukup ramai dengan total transaksi mencapai Rp16,41 triliun. Ada sekitar 23 miliar saham yang berpindah tangan lebih dari 1,3 juta kali! Walau ada 332 saham yang melemah, 279 lainnya berhasil naik, sisanya stagnan.

Dari sisi asing, memang sempat terjadi outflow alias penarikan dana oleh investor asing sebesar Rp720 miliar. Ini terdiri dari penjualan bersih di pasar reguler sebesar Rp42,48 miliar dan cukup besar di pasar negosiasi serta tunai yang mencapai Rp678 miliar.

Kalau dilihat per sektor, tujuh dari sebelas sektor berhasil naik, dan yang paling mencolok adalah sektor industri dasar yang melesat 1,74%. Sayangnya, sektor kesehatan justru jadi yang paling tertekan, turun hingga 1,07%.

Sementara itu, rupiah juga ikut pamer kekuatan. Di hari yang sama, kurs rupiah terhadap dolar AS menguat tipis 0,09% ke posisi Rp16.270 per dolar. Penguatan ini dipicu oleh data ketenagakerjaan AS yang menunjukkan penambahan tenaga kerja di sektor swasta hanya 37.000—jauh di bawah ekspektasi. Data ini membuat dolar AS sedikit tertekan, dan rupiah jadi ikut naik daun.

Pasar Obligasi dan Wall Street Juga Bergerak Dinamis

Di sisi lain, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun turun 0,85% ke 6,751%. Buat yang belum tahu, kalau yield turun berarti harga obligasinya naik. Ini pertanda bahwa investor sedang doyan borong obligasi pemerintah.

Dari bursa Amerika Serikat, Wall Street tampak bergerak campur aduk. Nasdaq dan S&P berhasil naik tipis, sementara Dow Jones malah keok meski cuma turun seupil. Ini terjadi di tengah pertemuan penting antara Presiden AS Donald Trump dengan utusan dari China di London, dalam upaya menghangatkan hubungan dagang dua negara ekonomi terbesar dunia.

Kabarnya, AS mulai menunjukkan sinyal positif akan melonggarkan pembatasan ekspor kalau China serius “berdamai”. Bahkan, sejumlah saham big cap seperti Qualcomm dan AMD langsung melesat karena optimisme terhadap hasil pertemuan itu. Tapi sayangnya, Apple malah melemah karena acara peluncuran sistem operasi terbarunya tak begitu memukau pasar.

Data Ekonomi China dan Efek Domino ke RI

Dari Negeri Tirai Bambu, data inflasi dan ekspor jadi sorotan. Inflasi konsumen di China terus alami deflasi selama empat bulan berturut-turut. Harga makanan makin turun, dan permintaan domestik belum pulih total. Di sisi lain, ekspor China ke AS jeblok hingga 34,5% pada Mei 2025—terburuk sejak awal pandemi! Tapi China masih bisa bernafas karena ekspor ke Asia Tenggara, Eropa, dan Afrika justru naik.

Yang menarik, ekspor rare earth alias logam tanah jarang dari China juga menyusut hampir 6%. Ini bukan tanpa alasan—Beijing sedang memperketat ekspor mineral penting itu sebagai kartu tawar dalam negosiasi dagang dengan Washington.

Cadangan Devisa Indonesia dan Indeks Keyakinan Konsumen

Sementara itu, di dalam negeri, Bank Indonesia hari ini merilis data cadangan devisa periode Mei 2025. Bulan sebelumnya, posisi cadangan devisa RI tercatat di angka US$152,5 miliar—turun US$4,6 miliar. Penyebab utamanya antara lain pembayaran utang luar negeri dan intervensi BI demi menstabilkan rupiah di tengah gejolak pasar global.

Meski turun, cadangan ini masih sangat aman karena bisa menutup kebutuhan impor selama 6,4 bulan, jauh di atas standar internasional. Jadi, gak perlu panik ya.

Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada April 2025 masih berada di zona optimis, naik tipis ke level 121,7. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih percaya diri dengan kondisi ekonomi, meski ada sedikit penurunan pada ekspektasi ke depan. Kota Bandung jadi yang paling positif, sementara Bandar Lampung dan Denpasar agak menurun.

Penjualan Ritel dan Jadwal Data Penting Minggu Ini

Buat kamu yang ngikutin dunia ritel, ada kabar bahwa penjualan ritel Indonesia April 2025 diperkirakan bakal menyusut 2,2% dibanding tahun lalu. Tapi ini wajar, karena biasanya setelah Ramadan dan Lebaran, daya beli masyarakat kembali normal.

Selain itu, minggu ini juga bakal dirilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produsen (IHP) dari Amerika Serikat. Dua data ini penting banget karena akan jadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga berikutnya.

Jadi, Gimana Prospek Pasar Minggu Ini?

Secara keseluruhan, kondisi pasar masih akan penuh dinamika alias naik-turun. Di satu sisi, optimisme mulai muncul dari pertemuan dagang AS-China, di sisi lain pelaku pasar juga tetap waspada terhadap data ekonomi yang akan dirilis pekan ini.

Dengan kombinasi sentimen global dan domestik yang saling tarik-menarik, para investor disarankan tetap cermat dalam membaca arah pasar. Jangan buru-buru FOMO, tapi juga jangan ketinggalan momentum.