Ketegangan Memuncak! Jika Iran Tutup Selat Hormuz, Dunia Bisa Kena Getahnya
Suaramerdekasolo.com – Dunia tengah dibuat was-was oleh langkah tegas Iran. Bukan cuma gertakan semata, Negeri Para Mullah ini melempar sinyal keras soal kemungkinan menutup Selat Hormuz jalur super krusial bagi perdagangan minyak global. Gimana nggak bikin deg-degan? Sekitar 20% pasokan minyak dunia lewat jalur ini, lho!
Iran “Panas”, Ancaman Selat Hormuz Bukan Isapan Jempol
Situasi di kawasan Timur Tengah makin memanas. Setelah serangkaian serangan yang melibatkan Amerika Serikat dan Israel, Iran merasa ruang geraknya makin terhimpit. Nggak tinggal diam, Iran pun mulai menyusun langkah balasan yang bisa bikin gempar dunia: menutup Selat Hormuz.
“Kalau kepentingan vital nasional kami benar-benar dalam bahaya, Iran punya banyak cara untuk membalas. Salah satunya ya dengan opsi menutup Selat Hormuz,” ungkap salah satu anggota parlemen Iran, seperti dilansir kantor berita Mehr dan dikutip Reuters, Senin (23/6/2025).
Pernyataan senada juga disampaikan anggota Parlemen Iran lainnya, Ali Yazdikhah. Menurutnya, selama kepentingan nasional Iran nggak diganggu, Selat Hormuz akan tetap terbuka. Tapi, jika Amerika Serikat resmi ikut campur dalam perang mendukung Israel, maka itu jadi lampu hijau buat Iran bertindak lebih jauh.
“Menutup jalur ekspor minyak mereka adalah hak sah Iran untuk menekan Barat,” ujarnya tegas.
Kenapa Selat Hormuz Jadi Sorotan Dunia?
Selat Hormuz bukan sekadar jalur laut biasa. Letaknya di antara Oman dan Iran, dan jadi “urat nadi” pengiriman minyak dari negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Irak, Kuwait, hingga Uni Emirat Arab.
Setiap harinya, sekitar 18 juta barel minyak melintasi jalur ini—setara dengan hampir 20% konsumsi minyak dunia. Jadi kebayang, kan, apa jadinya kalau jalur ini benar-benar ditutup?
Efek Domino: Minyak Naik, Ekonomi Dunia Gonjang-Ganjing
Dampak langsung yang paling terasa jelas di harga minyak. Beberapa analis termasuk dari Goldman Sachs memprediksi bahwa kalau Iran benar-benar ganggu distribusi minyak di Selat Hormuz, harga Brent bisa tembus US$100 per barel, bahkan bisa melambung ke angka US$110 kalau situasinya makin parah.
Bahkan sekarang pun harga minyak mulai menggeliat. Hari Senin kemarin, harga minyak mentah Brent naik US$1,92 (sekitar 2,49%) jadi US$78,93 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dari AS juga ikut naik US$1,89 (2,56%) jadi US$75,73 per barel.
Itu belum termasuk pergerakan harga lewat kontrak berjangka. Brent sempat disentuh di level US$81,40 per barel, sementara WTI sempat melesat ke US$78,40. Catatan penting: angka-angka ini adalah rekor tertinggi dalam lima bulan terakhir!
Sejak konflik meletus 13 Juni lalu, Brent sudah naik 13%, dan WTI melambung sekitar 10%. Padahal, asumsi APBN 2025 untuk harga minyak saja ditetapkan maksimal US$82 per barel. Jadi kalau harga minyak tembus US$100, bisa dipastikan efeknya bakal merembet ke mana-mana—dari harga BBM, ongkos produksi, hingga biaya hidup harian.
Dunia Berharap Iran Mundur
Dengan kondisi yang makin genting ini, mata dunia kini tertuju ke arah Teheran. Banyak pihak berharap Iran menahan diri, karena penutupan Selat Hormuz nggak cuma menyakitkan Amerika dan sekutunya, tapi juga bisa mengguncang stabilitas energi global.
Namun, kalau Iran merasa tekanan sudah kelewat batas, bukan nggak mungkin opsi “penutup selat” jadi kenyataan. Satu hal yang pasti, jika itu terjadi, dunia bisa “kedinginan” dalam arti sebenarnya—kekurangan pasokan energi.