Serangan Akan Meningkat Jika Netanyahu Tak Hentikan Agresi
SUARAMERDEKASOLO.COM — Pemerintah Iran menyatakan kesiapan untuk meningkatkan respons militer terhadap Israel. Peringatan ini muncul setelah serangkaian serangan udara yang dilancarkan oleh pasukan Israel terhadap fasilitas strategis milik Iran di Suriah dan wilayah perbatasan lainnya.
Juru bicara militer Iran menegaskan bahwa setiap agresi tambahan dari Tel Aviv akan dibalas dengan serangan yang lebih luas dan menghancurkan. Menurutnya, rezim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dianggap bertanggung jawab atas eskalasi konflik yang semakin mengancam stabilitas regional.
Target Iran Bukan Hanya Infrastruktur Militer
Selain sasaran militer, Iran mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan segan menghantam pusat-pusat komando dan keputusan Israel. Tujuan utama dari respons ini adalah untuk melumpuhkan kekuatan politik dan militer Israel yang dianggap mengancam kedaulatan negara-negara tetangganya.
“Jika rezim Zionis terus bermain api, kami akan menyasar titik-titik vital yang menjadi tulang punggung pemerintahan mereka,” ujar seorang pejabat senior di Garda Revolusi Iran.
Reaksi Dunia Internasional dan Peringatan Krisis Baru
Komunitas internasional mulai mengeluarkan peringatan terhadap potensi perang terbuka di kawasan Timur Tengah. Beberapa negara Eropa dan PBB menyerukan agar kedua pihak segera meredam ketegangan dan kembali ke meja diplomasi. Namun, Iran tetap bersikeras bahwa mereka memiliki hak untuk membela diri dari agresi sepihak Israel.
Di sisi lain, Israel belum memberikan respons resmi atas ancaman tersebut. Namun, sejumlah media setempat menyebut bahwa militer Israel sudah dalam kondisi siaga penuh menghadapi kemungkinan serangan balasan dari Teheran.
Arah Konflik Timur Tengah Makin Tidak Pasti
Eskalasi antara Iran dan Israel menandai babak baru ketegangan yang berpotensi meluas menjadi konflik regional. Iran menegaskan bahwa mereka tidak akan mundur jika Israel terus menunjukkan agresi. Dunia kini menanti apakah diplomasi bisa mencegah bencana lebih besar atau justru sebaliknya, konflik bersenjata akan jadi pilihan utama kedua negara.