Gencatan Senjata Iran-Israel: Siapa Sebenarnya yang Diuntungkan?
SUARAMERDEKASOLO.COM – Setelah dua pekan penuh eskalasi militer, Iran dan Israel akhirnya menyepakati gencatan senjata yang difasilitasi oleh Amerika Serikat pada 23 Juni lalu. Konflik yang melibatkan pertukaran rudal, serangan udara, hingga manuver drone itu sempat memicu kekhawatiran global. Kini, meski gencatan senjata sudah berjalan, banyak yang mempertanyakan: siapa pihak yang paling diuntungkan?
Ketegangan ini memang belum sepenuhnya mereda. Walau aksi militer terhenti sementara, ketidakpastian masa depan perdamaian tetap tinggi. Kedua negara pun saling mengklaim kemenangan. Bahkan, sebagian pengamat justru menilai Presiden AS Donald Trump yang mendapat keuntungan politik terbesar dari konflik ini.
Berikut adalah tinjauan mendalam terkait siapa yang mendapatkan keuntungan strategis maupun kerugian terbesar dari konfrontasi yang terjadi, berdasarkan laporan dari berbagai sumber internasional seperti Al Jazeera, CNN, dan The Guardian.
Dampak Strategis dan Keuntungan Taktis
Israel:
Israel berhasil melumpuhkan sejumlah titik strategis militer dan fasilitas nuklir Iran. Serangan udara presisi, ditambah kolaborasi militer dengan AS, memungkinkan mereka menargetkan instalasi vital dengan efektif. Operasi rahasia yang dilakukan di wilayah musuh memperlihatkan keunggulan intelijen dan kekuatan tempur mereka.
Iran:
Meski mengalami kerusakan yang cukup besar, Iran berhasil menunjukkan kapasitas serangan balasan langsung. Dengan menggunakan rudal balistik dan drone, Teheran menyerang beberapa titik penting, termasuk pangkalan militer AS di Qatar. Aksi ini dipandang sebagai bukti kemampuan bertahan sekaligus meningkatkan posisi politik Iran di kawasan.
Jumlah Korban dan Skala Kerusakan
Israel:
Sebanyak 29 warga Israel dilaporkan tewas dan lebih dari 1.200 mengalami luka. Infrastruktur vital seperti kilang minyak Bazan dan Bandara Ben Gurion sempat lumpuh, menyebabkan kerugian ekonomi harian yang ditaksir mencapai US$3 juta. Serangan rudal dari Iran juga menimbulkan kerusakan bangunan dalam skala signifikan.
Iran:
Iran mengalami kerugian manusia yang jauh lebih besar. Sekitar 439 hingga 627 orang tewas, termasuk tokoh-tokoh penting dalam bidang militer dan nuklir. Selain itu, fasilitas riset nuklir dan basis militer utama mereka juga mengalami kehancuran serius, yang bisa berdampak jangka panjang terhadap kemampuan pertahanan nasional.
Dinamika Regional dan Pengaruh Kawasan
Israel:
Konflik ini memperkuat posisi militer Israel di Timur Tengah. Kemampuan mereka menyerang langsung jantung pertahanan Iran menunjukkan dominasi kekuatan. Namun, harga yang harus dibayar juga tinggi, terutama dalam bentuk tekanan ekonomi dan ketegangan domestik akibat mobilisasi pasukan besar-besaran.
Iran:
Meskipun menjadi pihak yang mengalami lebih banyak kerugian, Iran justru mampu mengubah perhitungan geopolitik regional. Mereka berhasil menunjukkan bahwa mereka tidak bisa diabaikan begitu saja. Serangan terhadap pangkalan AS, misalnya, menjadi simbol resistensi yang memperkuat dukungan dari sekutu regional dan jaringan proksinya.
Situasi Politik dan Ekonomi Dalam Negeri
Israel:
Perang ini menimbulkan beban ekonomi yang berat bagi pemerintah Israel. Diperkirakan total biaya yang harus ditanggung mencapai lebih dari US$20 miliar atau sekitar Rp 325 triliun. Pengeluaran tersebut mencakup logistik militer, kompensasi korban, dan biaya pembangunan kembali infrastruktur yang rusak.
Iran:
Walaupun pemerintah Iran mengklaim keberhasilan moral atas kemampuan membalas serangan, kondisi dalam negeri mereka sangat terdampak. Kehilangan tenaga ahli dan kerusakan fasilitas membuat kelanjutan program nuklir menjadi tidak pasti. Namun, sentimen nasionalisme justru meningkat, memperkuat dukungan publik terhadap pemerintah.
Dukungan Internasional dan Posisi Diplomatik
Israel:
Dukungan penuh dari Amerika Serikat menjadi modal besar bagi Israel dalam konflik ini. Tidak hanya secara militer, tetapi juga dalam hal mediasi gencatan senjata dan kekuatan diplomatik. Trump pun terlihat kembali mendekat kepada sekutunya ini, memanfaatkan situasi sebagai panggung politik global.
Iran:
Iran memang tidak mendapat dukungan dari kekuatan besar seperti AS, namun mereka meraih simpati dari beberapa negara Timur Tengah yang menentang dominasi Israel. Konflik ini menjadi alat bagi Teheran untuk memperkuat jaringan proksinya, meski tekanan internasional terhadap program nuklir mereka terus berlanjut.
Apakah Gencatan Senjata Akan Bertahan?
Meski saat ini situasi relatif tenang, sejumlah analis menyebut gencatan senjata ini belum final. Ketegangan dan gesekan masih terasa di balik layar. Jika tidak ada penyelesaian jangka panjang yang inklusif, konflik antara Iran dan Israel bisa saja meletus kembali.
Gencatan senjata yang disepakati oleh Iran dan Israel menandai jeda penting dalam konflik dua negara tersebut. Meski keduanya mengklaim telah meraih kemenangan, faktanya keduanya juga mengalami kerugian besar. Yang jelas, gencatan senjata ini bukanlah akhir dari ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah. Situasi bisa berubah sewaktu-waktu—dan dunia harus tetap waspada.