Warga Los Angeles Geram: Kirim Marinir Bukan Solusi Pak Trump!

Suaramerdekasolo.com – Keputusan Presiden Donald Trump mengerahkan 2.000 pasukan Garda Nasional dan 700 Marinir ke Los Angeles ternyata bukannya bikin adem, justru bikin situasi makin panas!

Warga Little Tokyo, salah satu kawasan yang paling terdampak kerusuhan, terang-terangan menolak kehadiran militer. Mereka menyebut langkah Trump malah memicu kemarahan pengunjuk rasa, bukan meredakannya.

“Daripada menenangkan, pasukan itu bikin pengunjuk rasa tambah ngamuk!” ujar Sulieti Havili (25), warga lokal yang juga aktif di komunitas Pokemon dengan lebih dari 6.000 anggota.

Aksi Damai Jadi Ricuh

Havili dan temannya, Nolberto Aguilar (42), sedang memunguti sampah di area Little Tokyo saat menyaksikan langsung ketegangan yang makin membara sejak pasukan militer datang.

Menurut mereka, Trump malah memancing kerusuhan yang lebih besar. Aksi-aksi damai jadi berubah jadi bentrok setelah kehadiran pasukan bersenjata lengkap di tengah masyarakat.

“Pasukan ini nggak jaga kami. Mereka justru picu kekacauan,” tegas Aguilar.

Tak hanya warga biasa yang kecewa, Gubernur California Gavin Newsom pun ikut angkat suara. Ia menyebut pengiriman militer ke jalanan sebagai langkah yang berbahaya dan dapat “meledakkan situasi”.

Sementara itu, Wali Kota Los Angeles Karen Bass menuding bahwa Trump memang sengaja menciptakan kerusuhan demi kepentingan politik.

Little Tokyo Jadi Titik Panas

Selama lima malam berturut-turut, para demonstran berkumpul di sekitar gedung-gedung federal di dekat Little Tokyo. Saat malam tiba, polisi dan Garda Nasional mulai membubarkan massa dengan kekuatan, mulai dari granat kejut hingga peluru karet.

Namun bukannya bubar, para demonstran justru menyebar ke jalan-jalan kecil di Little Tokyo. Dinding-dinding penuh grafiti bertuliskan anti-ICE dan anti-Trump jadi saksi ketegangan malam itu.

“Presiden ngaku pasukannya dikirim buat mengamankan, tapi yang ada justru bikin warga takut dan frustasi,” ucap Anthony, karyawan di sebuah kedai teh yang minta nama belakangnya disamarkan.

Banyak warga enggan diwawancarai secara terbuka karena takut menjadi target ICE. Sebagian besar dari mereka adalah imigran atau punya keluarga yang masih dalam proses legalitas.

Empati tapi Tetap Menolak Kekerasan

Samantha Lopez, pekerja di toko es krim Korea dan keturunan imigran Filipina, mengaku memahami kemarahan para pengunjuk rasa, tapi dia tidak mendukung aksi vandalisme.

Namun begitu, dia percaya bahwa tindakan kekerasan yang muncul muncul karena cara pemerintah menangani situasi ini.

“Protes awalnya damai, tapi jadi ricuh setelah pasukan datang,” katanya.

Kesimpulannya?

Alih-alih meredam situasi, keputusan Trump untuk mengirim pasukan justru memperburuk keadaan. Banyak warga Los Angeles merasa bahwa solusi militeristik bukan jawaban. Yang dibutuhkan bukan tank dan seragam, tapi pendekatan manusiawi dan kebijakan yang bijak.