KA Batara Kresna yang menghubungkan Solo dan Wonogiri kini melaju dengan kecepatan tinggi, mencapai rata-rata 70 km/jam. Peningkatan kecepatan ini tentu membawa perubahan besar dalam waktu tempuh hanya sekitar satu jam perjalanan namun juga menimbulkan tantangan serius terkait keselamatan, terutama di perlintasan sebidang.

Menurut Manager Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro, dari total 126 perlintasan sebidang yang ada di jalur antara Stasiun Purwosari di Solo dan Stasiun Wonogiri, hanya 13 yang dijaga oleh petugas. Sebaliknya, sebanyak 102 perlintasan masih tidak diawasi, ditambah lagi dengan 11 perlintasan liar yang lebarnya kurang dari dua meter, sehingga rawan terjadi kecelakaan.

“Perlintasan sebidang merupakan wewenang Pemerintah Daerah sesuai dengan klasifikasi jalan yang bersangkutan, dan beberapa sudah dikelola oleh Dinas Perhubungan setempat. Idealnya, jarak antar perlintasan tidak boleh kurang dari 800 meter,” jelas Krisbiyantoro. “Kami sangat mengharapkan dukungan dari Pemda dan masyarakat untuk membantu meningkatkan keselamatan transportasi kereta api. Jika PT KAI berencana menutup perlintasan liar, dukungan dari semua pihak sangat kami butuhkan.”

Perubahan ini juga menandai transformasi layanan KA Batara Kresna. Sebelumnya, sebagai railbus, kecepatan operasionalnya kurang dari 40 km/jam. Kini, dengan menggunakan rangkaian Kereta Rel Diesel (KRD), kecepatan rata-ratanya meningkat menjadi 70 km/jam. Meskipun saat ini kereta hanya beroperasi dua kali pulang-pergi setiap hari, rencana mulai Mei mendatang adalah meningkatkan frekuensi operasi menjadi tiga kali sehari.

Dengan adanya peningkatan kecepatan ini, diharapkan pelayanan akan semakin efisien, namun perbaikan pada infrastruktur, terutama pengawasan perlintasan, menjadi hal yang tidak boleh diabaikan demi keselamatan bersama.

You May Also Like

More From Author