suaramerdekasolo.com – Pada Selasa, 11 Februari 2025, Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Deddy Suryadi meresmikan Jembatan Gantung Merah Putih yang terletak di Dukuh Modran, Desa Talang, Kecamatan Bayat, Klaten. Jembatan ini menjadi jembatan gantung ke-11 yang diresmikan di wilayah Jawa Tengah.
Acara peresmian tersebut dihadiri oleh berbagai pejabat penting, termasuk Komandan Korem 074 Warastratama Kolonel Inf M Arry Yudistira, Asisten Kasdam IV Diponegoro, serta Dandim 0723 Klaten Letkol Czi Bambang Setyo Triwibowo. Selain itu, Wakil Bupati Klaten Yoga Hardaya, Ketua DPRD Klaten Edi Sasongko, Kapolres Klaten AKBP Nur Cahyo Ari Prasetyo, dan warga setempat turut hadir dalam acara tersebut.
Wakil Bupati Klaten, Yoga Hardaya, menjelaskan bahwa pembangunan jembatan gantung merah putih merupakan hasil kolaborasi antara Kodam VI Diponegoro dan Pemkab Klaten. Jembatan gantung sepanjang 60 meter dan lebar 1,6 meter ini dibangun dengan anggaran Rp 700 juta dari APBD Klaten, dimulai pada 30 Oktober 2024, dan selesai pada 14 Januari 2025.
Peresmian jembatan ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pengguntingan pita, dilanjutkan dengan peninjauan langsung oleh para pejabat dan warga setempat. Pangdam berharap bahwa jembatan ini bisa memberikan manfaat besar bagi warga, mempermudah akses untuk kegiatan pertanian, pendidikan, ekonomi, dan sosial, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.
Pangdam juga menekankan pentingnya kerja sama dan gotong royong antara TNI dan masyarakat dalam pembangunan jembatan ini. Ia berharap masyarakat turut menjaga dan merawat jembatan agar dapat bertahan lama dan memberikan manfaat yang maksimal.
Komandan Kodim 0723 Klaten, Letkol Czi Bambang Setyo Triwibowo, juga menambahkan bahwa pembangunan jembatan ini diharapkan membawa dampak positif bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat. Salah seorang warga, Slamet, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas pembangunan jembatan gantung merah putih, yang memudahkan akses antar desa, terutama bagi anak-anak yang pergi ke sekolah.
Jembatan yang sebelumnya terletak lebih rendah, kini dibangun dengan ketinggian lebih tinggi agar tidak terhambat oleh sampah dan kayu yang sering menghalangi aliran Sungai Dengkeng, sehingga mencegah terjadinya banjir atau tanggul yang jebol di masa depan.