suaramerdekasolo.com – Suasana penuh emosi mengisi lingkungan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo pada Jumat, 28 Februari 2025.
Perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai raksasa tekstil di Asia Tenggara dan pemasok utama seragam militer global ini, kini harus menghadapi kenyataan pahit yang tak terhindarkan.
Tanggal 28 Februari 2025 menandai hari terakhir bagi 8.475 karyawan yang selama ini telah bekerja di pabrik tersebut, yang menjadi sumber penghidupan mereka selama bertahun-tahun.
Sebagai bentuk penghargaan atas kebersamaan dan hubungan kekeluargaan yang terbentuk selama bekerja di perusahaan ini, para karyawan melakukan coret-coret pada seragam kerja mereka. Tindakan ini menjadi simbol perpisahan bagi mereka yang telah lama mengabdikan diri di Sritex. Karwi, salah satu karyawan, menyatakan bahwa coretan tanda tangan ini sebagai kenangan atas waktu yang telah mereka habiskan bersama.
“Ini adalah cara kami untuk saling mengenang. Setiap kali melihat tanda tangan ini, kami akan ingat kebersamaan kita di sini,” ujar Karwi pada Jumat (28/2/2025).
Karwi yang sudah bekerja di Sritex selama 17 tahun mengungkapkan rasa kecewa dan kesedihannya. “Pasti sedih, tapi kami harus menerimanya,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Yang lebih menyentuh, Karwi tidak hanya bekerja di Sritex, tetapi istrinya pun telah mengabdi di perusahaan ini selama 10 tahun dan kini juga mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Saya adalah tulang punggung keluarga. Istri dan anak saya, kebetulan istri juga bekerja di sini dan juga terkena PHK,” jelasnya.
Meskipun belum memiliki gambaran jelas tentang pekerjaan selanjutnya, Karwi mengaku akan merasakan kekosongan pasca keluar dari Sritex.
“Memang sangat berat, apalagi dengan Ramadan yang sebentar lagi datang. Biasanya kita libur, pulang kampung, berkumpul dengan keluarga, lalu kembali bekerja. Sekarang tidak tahu harus bagaimana,” ungkap Wati, karyawan lainnya.